Hanya dalam tempo kurang dari setahun ,
kita telah dihadapkan pada kenyataan harga mahal untuk mendapatkan
setidaknya komoditas kedelai, daging sapi, dan bawang. Pemerintah
sepertinya tidak berdaya dan tak mampu mengendalikan harga
komoditas-komoditas tersebut dan komoditas lainnya. Dan pemerintah
terlambat mengantisipasi baik dihulu maupun dihilir. Pengetahuan umum
mengenai komoditas itu seperti kurang dipahami dengan baik.
Kasus kedelai memperlihatkan kepada
kita mengenai usaha pertanaman kedelai yang tidak memberi gairah
kepada petani. Produksi terus merosot dan tidak ada upaya untuk
menahannya. Dalam kasus daging sapi, publik sudah mengetahui bahwa
kasus ini tidak murni masalah perdagangan, tetapi juga terkait dengan
pemburuan rente. Dan satu lagi harga bawang putih dan bawang merah
tiba-tiba melonjak. Harga komoditas yang berkisar Rp.15.000-Rp.40.000
menjadi Rp.80.000 perkg.
Sudah pasti kita bertanya mengapa
harga komoditas itu naik sangat drastis dan bagaimana peran
pemerintah dalam perdagangan komoditas itu. Dihulu seharusnya aparat
Kementrian Pertanian sudah bisa memantau kemungkinan gangguan
produksi, seperti cuaca, hama, dan lain-lain. Sehingga bila terpaksa
impor sudah diketahui sejak awal. Dan dihilir Kementrian Perdagangan
seharusnya bisa memantau pergerakan komoditas dan juga pergerakan
harga komoditas sehingga sejumlah langkah bisa dilakukan untuk
mengendalikan harga. Di luar persoalan hulu dan hilir, kita boleh
menduga-menduga ada permainan dalam perdagangan komoditas ini. Khusus
dalam impor bawang putih , Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian
Hasanuddin Ibrahim telah menyatakan impor bawang putih tidak
terkendali. Mereka yang menjadi importir juga banyak yang tidak
profesional.
Dari pernyataan itu, kita bisa
memastikan bahwa pemerintah mengetahui mereka yang tidak profesional
ini. Mereka ini adalah yang mencoba-coba untuk mengimpor dan mereka
yang dekat dengan pengambilan keputusan karena menerima informasi
terkait dengan agrobisnis bawang putih. Jadi sebenarnya sangat mudah
untuk mengurai masalah bawang karena pemerintah telah mengetahui data
importir.
Kasus sejumlah importir yang tidak
melengkapi dokumen juga menjadi indikasi adanya importis nakal.
Pemerintah juga sudah mengetahui mereka ini semua. Sangat disayangkan
apabila mereka tidak ditindak, importir yang profesional akan
terdisinsetif untuk mengimpor bawang putih karena jumlah pelaku makin
banyak yang aji mumpung.
sumber : kompas,kamis 14 maret 2013
sumber : kompas,kamis 14 maret 2013