MEREKA
YANG TAK PERNAH SURUT
Jumlah mereka tak jelas,
mungkin ratusan, bisa juga ribuan. Tersebar dari kota besar sampai pelosok
desa. Pada awalnya mereka berangkat dengan satu semangat: peduli terhadap
ancaman jahat praktek korupsi, yang dari tahun ke tahun seperti tak kunjung
surut.Kepedulian itu diwujudkan dengan membentuk lembaga swadaya masyarakat
antikorupsi.
Dengan niat baik inilah
rapat redaksi pada pekan pertama oktober lalu memutuskan memilih LSM anti
korupsi terbaik sebagai tema liputan khusus Tokoh Tempo 2011. Kehadiran lembaga
sukarela antikorupsi yang bebas sogok dan kepentingan pihak tertentu dinilai
tetap menjadi kebutuhan penting saat ini. Indonesia Corruption Watch (ICW),
yang telah malang melintang membongkar kasus korupsi, bisa dijadikan contoh.
“Harusnya lebih banyak ICW baru lahhr di daerah,” kata Redaktur Eksekutif
Majalah Tempo Arif Zulkifli.
Dengan pertimbangan itu,
sejumlah kriteria ketat ditetapkan. Yang bisa menjadi nomine adalah lembaga
berprestasi monumental dalam membongkar kasus korupsi, indenpenden, transparan
dalam penggunaan dana, dan berusaha mandiri dalam pembiayaan organisasi. Syarat
lain para pendiri dan pengurusnya tidak terfiliasi dengan partai politik serta
memiliki sistem kaderisasi.
MELAWAN
KORUPSI DENGAN BISMILLAH
Puluhan ulama 7.000 kitab
kuning dan hari-hari penuh energy. Bolak balik kitab kuning dibuka, ayat-ayat
Al-Qur’an dirujuk, riwayat para ulama terdahulu dicari relevansinya. “Kami
enyusun kitab fikih khusus antikorupsi,” kata Tuan Guru Hasanain Juani,
motorpara ulama ketika itu. Islam juga mengajarkan anti korupsi kata Tuan Guru
Hasanain, yang juga pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haramain, Lombok Barat.
Namun belum ada kitab yang khusus
menghimpun fikih korupsi, dalil larangan, dan contoh nyata tindakan anti
korupsi. Terinologi korupsi dan aneka istilah turunan di bidang ini pun makin
spesifik. “Makin sulit dicaari padanannya dalam kitab-kitab lama,” kata dia.
Walhhasil, upaya terobosan atau ijtihad puluhan ulama demi mebuaat kitab fikih
antikorupsi layak diacungi jempol.
Setahun kemudian terbitlah
kitab yang ditunggu-tunggu. Judulnya Fiqh Korupsi: Amanah vs Kekuasaan, yang
terbitka oleh solidaritas masyarakat untuk transparansi (Somasi) pegiat
antikorupsi di NTB. Buku ini langsung disebarluaskan keseluruh Indonesia.
Termasuk pesantren-pesantren.
Sudah pasti godaan datang
dan pergi bagi aktivis soasi. “Ada yang menawarkan kunci mobil,” kata
hendriadi. Ancaman kekerasan dan intiidasi juga silih berganti. Syukurlah, sommasi
bisa bertahan. “Kami bekerja dengan bismillah,” kata Ervyn.
ORANG
KAMPUNG MEMBERANTAS KORUPSI
NAMA Komite penyelidikan dan
pemberantasan KKN memang identik dengan upaya pemberantasan korupsi di Jawa
Tengah. Bekerjasama dengan sejumlah lembaga antikorupsi lain dari berbagai
kabupaten, mereka getol melaporkan setiap kasus yang diduga bermuatan korupsi.
Fokusnya: korupsi di pemerintahan kabupaten dan kota. “Sebagai orang kampung,
kami bermain di tingkat local”, kata Eko.
Sejak berdiri, 13 tahun
silam, komite sudah melaporkan puluhan kasus korupsi. Tak sedikit bupati dan
wali kota yang mendekam di bui berkat laporan mereka. Yang paling gres adalah
kasus Bupati tegal Agus Riyanto. Sebelum Agus, daftar “korban” Komite
penyelidikan cukup panjang. Sekarang sejumlah kepala daerah aktif sedang
diselidiki. Ada Bupati Batang Bambang bintaro, yang dituduh membagikan duit
negara Rp 796 juta kepada puluhan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada
tahun 2004.
“Data kasus korupsi mantan
pejabat sebenarnya lebih banyak lagi”, kata Eko. Naun tak semua asuk
pengadilan. Sebagian dihentikan penyelidikannya karena kurang bukti, sisanya
terpaksa macet karena sang mantan meninggal.“Pada tahun 2012 ini, kai
berencana mulai enggalang dana public”, kata sekretaris Koite EkoHaryanto.
Tentu julah sumbangan akan dibatasi agar program itu tidak jadi pintu asuk
untuk “membeli” kredibitilas komite. “Misalnya saja setiap orang tidak boleh
menyumbang lebih dari Rp 100 ribu”, kata Eko.
Dengan program baru itu,
komite penyelidikan berharap napas mereka bisa jadi leih panjang. Masih banyak
nama kepala daerah di papan putih mereka yang belum berhias kertas kuning atau
merah muda.Waktu 13 tahun bukan perjalanan yang pendek komite penyelidikan
sudah membuktikan integritasnya dalam berbagai penanganan kasus korupsi di Jawa
Tengah.
Tanggapan
Korupsi di indonesia sudah
tidak asing di masyarakat,karena selalu sering terjadi dan tidak ada bosan
bosannya.Saya bingung kenapa pejabat tinggi negara dan lain lainya melakukan
hal itu,apakah mereka tidak berpikir itu akan merugikan negara dan mereka hanya
memikirkan diri sendiri,akibat dari korupsi banyak rakyat di rugikan kita
sebagai rakyat indonesia yang baik seharusnya menjauhi sikap korupsi seperti
itu supaya negara indonesia menjadi negara yang maju
Pernyataan korupsi sebagai
sebuah kebudayaan tetap menjadi sebuah pernyataan yang melahirkan dua pandangan
yang berbeda. Ada pihak yang mengatakan bahwa tindakan korupsi merupakan sebuah
budaya dan ada juga yang menentang hal ini. Namun perbedaan pendapat ini
didasarkan pada pemahaman kebudayaan yang berbeda-beda pula. Korupsi bisa di
lihat sebagai sebuah kebudayaan jika kebudayaan memiliki diartikan sebagai
sebuah tingkah laku yang terus diwariskan dari generasi ke generasi, sebuah
kebiasaan yang terus terpelihara dalam masyarakat baik secara pribadi maupun
kelompok yang besar seperti seperti bangsa Indonesia. Namun secara filosofis,
korupsi di satu pihak bukanlah sebuah kebudayaan sebab korupsi sungguh
bertentangan dengan nilai dan unsur kebudayaan itu sendiri dan di pihak lain
korupsi dapat dikatakan sebuah kebudayaan jika meneliti motif dari korupsi itu
sendiri. Nilai kebahagiaan yang merupakan hal yang mendasar dari manusia itu
sendiri merupakan motif di balik tindakan korupsi itu.
Dengan kekuatan yang
dimilikinya berupa semangat dalam menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai
kebenaran serta keberanian dalam menentang segala bentuk ketidak adilan,
mahasiswa menempati posisi yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Kekuatan tersebut bagaikan pisau yang bermata dua, di satu sisi,
mahasiswa mampu mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk bertindak atas
ketidakadilan sistem termasuk didalamnya tindakan penyelewengan jabatan dan
korupsi. Sedangkan di sisi yang lain, mahasiswa merupakan faktor penekan bagi
penegakan hukum bagi pelaku korupsi serta pengawal bagi terciptanya kebijakan
publik yang berpihak kepada kepentingan masyarakat banyak.Selain itu masyarakat
Indonesia juga harus bisa membantu untuk memberantasnya.